PAPUA, JAGAPAPUA.COM – Memposisikan diri sebagai sub kontraktor, British Petroleum mendaratkan kakinya di tanah Papua Barat. Perusahaan Migas Raksasa yang meraup banyak keuntungan itu diawasi langsung oleh SKK Migas. Perusahaan BUMN milik negara Indonesia.
Berdasarkan data BP, penyerapan tenaga kerja orang asli Papua kedalam korporasi telah menyampai 60 persen, hal tersebut sejalan dengan komitmen masyarakat penerima manfaat yang sudah disepakati dari total persetujuan 85 persen.
Selain memenuhi kesepakatan, menurut BP, perusahaan tersebut juga telah melakukan pengiriman kargo sebesar 135 kargo, untuk diperjualbelikan pada pasar dalam negeri (domestik) setelah mencukupi pengiriman 1000 kargo.
Tidak berkutat sampai disitu saja, BP juga mengklaim telah mengalirkan penerangan sebesar 4 MW terhadap masyarakat Teluk Bintuni. Selain mengalirkan penerangan, ada juga bentuk kesepakatan dalam Dokumen AMDAL itupun telah disanggupi oleh BP.
Hal itu dapat disimak dari sederet bentuk CSR yang dilakukan BP, mulai dari peningkatan kesehatan masyarakat, pendidikan pengambangan kerja Orang Asli Papua, pengembangan ekonomi lokal, program restorasi perumahan di pantai utara.
Namun data dipaparkan BP kepada Pansus Papua DPD RI, akhir lalu, ditepis oleh lembaga LP3 BH. Menurut Direktur LP3BH, Yan Cristian Warinussy, Perusahaan British Petroleum memiliki sejumlah persoalan, terutama persoalan yang menyangkut dengan lingkungan, dan pertanahan. Selain itu kehadiran BP juga turut menambah peningkatan kekerasan sekitar 40 persen terjadi diseputaran Teluk Bentuni.”Ungkap Yan Cristian Warinussy, seperti dilansir dari lontar.id.
Tidak berakhir disitu pula, Septianus George mantan karyawan BP ini juga mengungkapkan, ada perlakuan diskriminatif, ketika kami orang-orang melanesia ditimpa penyakit malaria, kami hanya mendapatkan penanganan medis seadanya, hanyalah sekedar dicekoki obat medis kelas dua, dibanding perlakuan mereka terhadap karyawan tetap BP dari luar.” Ungkap Spetianus.
Klaim BP, menyangkut peningkatan kesehatan masyarakat penerima manfaat, juga disabet oleh Septianus George, dia menyatakan, nasib yang sama juga dialami oleh masyarakat-masyarakat pedesaan, mereka pun dihantui angka kematian bayi yang begitu tinggi. Lantaran kurang mendapatkan asupan gizi.”Ujar Septianus.
Bahkan, masyarakat disekitaran pedesaan juga didera oleh sejumlah penyakit seperti, malaria, TBC, hingga berjuang melawan HIV. Padahal mereka adalah penerimaan manfaat yang mesti diberikan British Petroleum.
Begitupun dengan aliran listrik, sebuah klinik yang ada diseputaran Teluk Bentuni, ketika menjelang siang tidak tersedia aliran listriknya, mereka hanyalah dibantu dengan generator klinik yang sudah tidak layak dipakai lagi. (JP/RS)
Share This Article